Kisah Ibnu Hirzhim Membakar Kitab Al-Ihya

Kitab Al-Ihya atau lengkapnya Ihya Ulumuddin adalah karya yang paling terkenal dari Imam Al-Ghazali, sang Hujjatul Islam (the Authority of Islam, Pembela Islam). Kitab ini membahas berbagai kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa (Tazkiyatun Nafs), perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati.

Karya ini diakui banyak ulama sebagai karya monumental Sang Hujjatul Islam. Sekalipun demikian, sebagian ulama lain ada yang merasa risih dengan banyaknya kutipan hadits-hadits yang tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu yang ada dalam Kitab ini.

Alkisah, ada seorang ulama Maroko terkenal dan memiliki pengaruh dan dekat dengan penguasa. Ibnu Hirzhim namanya. Ia hidup kurang lebih 1 abad setelah Al-Ghazali.

Termaktub di dalam kitab Sulwatul Anfas Wa Muhadastatul Akyas Biman Aqbaro Minal Ulamai Wash Shulahai bi Fes yang berhasil dihimpun oleh Syekh Muhammad bin Jakfar bin Idrisi al-Kattany bahwa Ibnu Hirzhim beriktikaf  mempelajari kitab Ihya Ulumuddin ini selama setahun. Lalu menemukan banyak kejanggalan-kejanggalan, aib, dan kekurangan di dalamnya.

Mempertimbangkan kemashlahatan dan demi menjaga kesucian agama dan umat dari ketergelinciran dan dari paham-paham salah, terlebih-lebih menghilangkan hal-hal yang bersifat khurafat (khayalan), spontan beliau hendak membakar dan memusnahkan kitab Al-Ihya.

Namun siapa menyangka, terjadi satu peristiwa terjadi sebelum niatnya terwujud. Seorang laki-laki datang dalam mimpinya dan berkata: "Lepaskanlah bajunya lalu cambuklah ia sebagai hukuman telah memfitnah!".

"Kemudian saya dipukul 80 puluh kali, sehingga punggungku pun terbalik ketika saya bangun, dan bekasnya masih sangat terasa," kata beliau.

"Setelah peristiwa ini, aku bertaubat dan mengurungkan niatku dan mengakui bahwa kitab Ihya Ulumuddin ini tidak bertentangan dengan Alquran dan sunah."

Lalu, bagaimana dengan hadits-hadits tak bersanad, berderajat lemah, dan maudhu yang bertebaran di Kitab Al-Ihya? Ibnu Hirzhim tak pernah mengungkitnya lagi.[]